Menghidupkan Spirit Alfurqan di bulan Ramadhan

Ust Fathurrahman Kamal, Lc
Kamis, 25 Juni 2015

Ramadhan semestinya memberikan spirit Alfurqan bagi individu-individu yg menjalaninya, terlebih di tengah-tengah ambigunya kondisi sosial, ekonomi & politik seperti saat ini. Dalam memaknai kata Alfurqan, sebagian besar ulama sepakat bahwa Alfurqan adalah: 
الْفَرْقُ بَيْنَ الْحَقِّ وَالْبَاطِلِ 
"Membedakan secara tegas mana yg haq & mana yg bathil"
Dg kata lain spirit Alfurqan adalah sensisitivitas kita untuk membedakan secara tegas mana itu yg haq dan mana itu yg bathil.
Dalam QS Al Baqarah: 42 Allah berfirman: 
وَلاَ تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَ تَكْتُمُوا الْحَقَّ وَ أَنتُمْ تَعْلَمُوْن
"Dan janganlah kamu campur­adukkan yang benar dengan yang batil dan kamu sembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui"

Sesungguhnya umat manusia berada diantara 2 titik, yaitu hidup & mati. Dalam kehidupannya, manusia bertarung untuk menjadi pribadi ahsanu 'amala, pribadi yang mengikuti kebenaran ari Allah SWT.

Fitnah kita terbesar yg kita hadapi di zaman ini adalah adanya pencampuradukan yg haq & yg bathil. Dan uniknya, hal ini ditampilkan dalam suasana yg tidak jelas. Betapa naifnya orang yg tidak seharusnya dihormati justru dihormati dan dipuja sedmikian rupa. Ada tokoh besar yg mengatakan bahwa ciri-ciri teroris adalah orang yg rajin membaca Alquran & suka berpuasa. Juga ada tokoh yg sedang memiliki kedudukan, merasa terganggu dan melarang pemutaran murotal di masjid. Orang-orang yg tidak korupsi diminta menghormati para koruptor. Jika hal ini dibiarkan, 5-20 tahun yang akan datang generasi kita akan menjadi generasi yg lemah. Lemah adab, lemah akal, lemah moral, lemah politik lemah sosial, lemak ekonomi. Sungguh cara pandang kita telah dirusak dan diperdaya dg perspektif yg salah kaprah. Orang yg taat beragama dinistakan sementara orang yang tidak baik diberikan pujian. 


Dalam prinsip peribadatan, diterimanya suatu ibadah adalah ikhlas. Namun selain ikhlas, terdapat jg syarat ittiba', yaitu mengikuti tuntunan yg benar, jalan yang benar. Jalan yg lurus tegas bedanya dg jalan kesesatan. Dalam QS Al An'am: 153 Allah secara lugas mengatakan:
 وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ 
"Dan inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya"

Dalam ayat yg lain, QS Al A'raf: 16 disebutkan bahwa:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
"Iblis berkata: "Karena Engkau telah menghukumku tersesat, aku benar-benar akan menyesatkan mereka dari jalan Engkau yang lurus"

Kita menghadapi realitas media yg sedemikian rupa. Masyarakat kebingungan. Banyak tokoh muslim, para intelektual tidak tegas saat ditanya tentang suatu fenomena yang terjadi di masyarakat. Apa sulitnya mengatakan bahwa nikah kontrak 1-2 jam itu haram? Saat ditanya apakah melukai diri hinga berdarah-darah adalah bentuk kecintaan terhadap Nabi, apa sulitnya mengatakan itu sesat atas klaim diatas kebenaran? Banyak tokoh kita yg tidak tegas mengatakan yg haq adalah haq, yg bathil adalah bathil. 

Banyak yg mengatasnamakan reformasi padahal dibalik itu semua sesungguhnya kerusakan yg terjadi.. Ada banyak kerusakan yg ditebarkan, tetapi mereka mengklaim itu sebagai kebenaran. Dan parahnya masyarakat tidak merasa bahwa itu kerusakan.

Dalam konteks zaman seperti ini, masyarakat perlu untuk diajarkan apa yg membuatnya mendapatkan kehormatan & apa yg menyebabkannya mendapatkan kebinasaan. Supaya jelas mana yg benar dan mana yg salah. Umat harus mawas diri.

Imam Fakhrudin Arrazi sekian ratus tahun yg lalu dalam kitab tafsirnya mengatakan bahwa QS Al Baqarah: 42 tadi menjelaskan peringatan Allah tentang kejahatan yg dilakukan musuh Islam untuk menistakan agama:
1. Jika yg dihadapi orang-orang muslim terpelajar & memiliki militansi terhadap agama, maka cara yg digunakan adalah dg melakukan manipulasi dalil. Dalil agama diambil secara fragmentatif sesuai keinginannya untuk mendekonstruksi cara pandang. Dalam Alquran jelas, "Wa laa taqrabuzzinaa". Tiba-tiba datang seorang doktor institusi Islam ternama & baru pulang belajar dari Amerika Serikat mengatakan bahwa zina yang diharamkan Allah adalah yg dilakukan dg keterpaksaan. Akan tetapi jika zina tersebut dilakukan atas dasar suka sama suka, lalu dia membuat teori atas dasar demokrasi dan mengatakan bahwa tidak ada larangan Allah atas zina tersebut. Apa jadinya masyarakat kita?!
2. Jika yg dihadapi adalah masyarakat muslim awam yg sedang semangat mengkaji agama, maka strategi yg dilakukan untuk merusak perspektifnya adalah dengan distorsi informasi di media. 
Beberapa waktu yang lalu, kita dikejutkan dg pemblokiran situs-situs Islam. Apakah situs-situs tersebut lebih berbahaya dalam merusak bangsa dibandingkan dg jutaan situs porno yg bisa diakses secara bebas setiap saat? Apakah mereka merasa lebih aman dengan suburnya situs-situs porno dibandingkan dg kehadiran situs-situs Islam? Budaya labil pornografi dan pornoaksi hanya akan membuat kerancuan berpikir dan membuat otak kita semakin kerdil dan lemah. 

اللهُمَّ أَرِنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا التِبَاعَةَ وَأَرِنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَةَ
"Ya Allah Tunjukilah kami kebenaran dan berikan kami jalan untuk mengikutinya, dan tunjukanlah kami kebatilan dan berikan kami jalan untuk menjauhinya"

Mudah-mudahan Allah memberikan kita hidayah. Aaamiin..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menilik Hikmah Dibalik Pertempuran Tebing Merah

Mbel

Kurikulum Sekolah Kajian Strategis