Mbel
Sudah dua malam ini sulit sekali
tidur. Saya yang pelor (nempel molor) dan gampang sekali tidur kapanpun
dimanapun, tak biasanya begini. Meski sudah berusaha memikirkan hal lain, yang
terlintas justru memori bersama si Mbel ini saja.
Oalah Mbel Mbel, cepet temen dolanmu
nang dunyo.
Mbel yang tak punya rasa dendam,
walau sering saya sebut kemproh, kecer dan sering saya suruh ini itu karena
ke-kecer-annya. Apikan tenan koe, Mbel.
Mbel yang sandalnya hanyut di
Samudera Pasifik, sepatunya raib hingga pakai sandal jepit ‘murahan’ saat di
bandara Biak, bahkan akhirnya nyeker di bandara Juanda karena sandalnya putus.
Tapi Mbel rela belikan sepatu untuk Nero, salah satu murid kami di SD Pariyem yang
sepatunya hilang saat lomba 17 Agustus. Apikan tenan koe, Mbel.
Mbel yang tangannya sobek tujuh
jahitan karena terkena parang saat
berburu sarang semut di hutan belantara Supiori. Hingga Mbel harus menulis
dengan tangan kiri saat mengajar di sekolah. Sarang semut konon obat untuk
tetangganya yang sedang sakit di kampung. Apikan tenan koe, Mbel.
Mbel yang istiqamah puasa daud, walau
sedang muncak ke gunung-gunung. Rintangan fisik tak menjadi halangan buat Mbel
untuk mendekat ke Sang Pencipta. Welok tenan koe, Mbel.
Mbel yang tak pernah merasa gelisah
dan selalu punya alasan buat bahagia. “Bahagia itu sederhana” adalah prinsip
hidupnya. Tidur beralas lantai, makan nasi beras pecah, oke-oke saja. Susah senang
semua dibuat asik dan bahagia. Welok tenan koe, Mbel.
Mbel yang sederhana penampilannya,
ngga ambil pusing dengan penilaian manusia. Pribadi yang merdeka dari belenggu
materi duniawi. Welok tenan koe, Mbel.
Mbel yang selalu bangga mengenakan
atribut KKN, mulai dari kaos KKN, baju batik Papua, juga outfit seragam
pernikahan salah satu teman KKN. Baginya, semua itu investasi berharga. Welok tenan koe, Mbel.
Mbel yang begitu sayang dengan orang
tuanya. Mbel tak akan mau potong rambut kecuali dipotong ibu tercintanya. Saat orang
tuanya sakit, Mbel akan bertahan di rumah menemani keduanya, juga mengurus
puyuh-puyuh kesayangannya. Welok tenan koe, Mbel.
Mbel yang selalu punya waktu luang
buat menolong orang lain, meski kesibukannya juga segudang. Mbel selalu menjadi
yes man saat diminta bantuan. Tapi Mbel ngga suka dikasihani,
dikhawatirkan. Ngga mau merepotkan orang lain. Bahkan saat kecelakaan parah yang
merenggut nyawanyapun Mbel enggan memberi kabar teman-temannya. Hingga akhirnya
kabar kepulangan Mbel menyesakkan hati-hati kami. Welok tenan koe, Mbel.
Kamu ngga pergi Mbel, kamu sedang
pulang ke kampung halaman. Kamu ngga pergi Mbel, kamu sedang mendekat
menuju-Nya, satu-satunya Dzat yang ngga pernah kamu sepelekan karena urusan
duniawi.
Mbel, terimakasih telah membuat kami
sedih berhari-hari begini, memenuhi pikiran dan benak kami. Kamu menyadarkan kami
apa arti kebahagiaan yang abadi, Mbel. Dan kamu pun akan menjadi abadi dalam
memori kami. Semoga terang kuburmu, semoga kita bisa reuni di surga-Nya.
Pikiran, pitutur & lakonmu sing luhur, andhap asor, narimo ing
pandum tur opo anane laksana diyan ing kegelapan, Mbel.
We adore you, Moch. Arma Setyawan!
Komentar
Posting Komentar