Kiat Esemka: Sebuah Jawaban Kerinduan

Di permulaan tahun 2012 ini, kita disuguhkan kehebohan mencuatnya mobil domestik bermerek Kiat Esemka. Fenomena ini tak lepas dari peran walikota Solo yang cukup populer, Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi. Jokowi bertekad menjadikan mobil buatan anak-anak SMK bersama bengkel Karoseri Sukiat ini menjadi mobil dinas pejabat-pejabat Balai Kota Solo. Keberanian yang luar biasa memang. Ditengah ramainya para pejabat berbondong-bondong memamerkan mobil mewah, Jokowi lebih memilih menggunakan mobil bermesin 1500 cc seharga ±95 juta yang diciptakan oleh anak bangsa sendiri. 


Meski mendapat hujatan dari beberapa pejabat seperti Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, Jokowi dan Kiat Esemka justru mendapat apresiasi masif publik. Bukan saja telah menyita perhatian publik, tetapi juga menyita halaman dan menjadi headline beberapa media massa. Popularitas Kiat Esemka saat ini bukanlah tanpa proses dan usaha yang keras. 3-4 tahun anak bangsa dari Solo dan sekitarnya berlatih merakit mesin kemudian merangkai elemen-elemen yang akhirnya melahirkan mobil khas nasional.
Bila kita cermati, fenomena popularitas Kiat Esemka mengisyaratkan bahwa adanya kerinduan publik terhadap karya orisinil anak bangsa. Dan mobil Kiat Esemka menjawab kerinduan itu. Sebenarnya, Kiat Esemka bukanlah karya anak bangsa yang pertama. Berbagai masterpiece telah diciptakan oleh anak Indonesia juga produk-produk penelitian atau riset di perguruan tinggi, namun belum terekspos secara masif sehingga manfaatnya pun tidak dirasakan seluruh kalangan. Selain itu, kurangnya apresiasi konstruktif negara dan birokrasi yang terlalu berbelit-belit untuk mendapatkan legalitas juga menjadi kendala besar. Banyak karya anak Indonesia yang ‘terpaksa’ kalah oleh produk asing yang sarat akan kepentingan politik atau kepentingan bisnis jangka pendek, serta akibat kurangnya keberpihakan dari negara sendiri. Pengalaman ketika bangsa ini memiliki produk teknologi pesawat terbang dibawah komando pak Habibie, karena kepentingan politik yang mengemuka, potensi ini harus kandas.
Fenomena lainnya, baru-baru ini para pejabat yang latah popularitas memanfaatkan momentum dengan mengikuti jejak Jokowi. Tentu anak-anak SMK dan bengkel Sukiat mendapatkan kebahagiaan karena kebanjiran order. Jangan sampai moment ini hanya menjadi euforia sesaat. Negara harus segera menindaklanjuti dengan memberikan payung hukum dan jaminan politik (political assurance) agar Kiat Esemka mendapatkan legalitas.
Semua ini memerlukan ‘azam kuat seluruh elemen bangsa, seperti aparatur negara, sehingga cita-cita menjadikan Kiat Esemka sebagai mobil rakyat, mobil nasional dapat terwujud. Dengan demikian bisa memberi kesempatan berkembang kepada industri otomotif tersebut, juga untuk merangsang perkembangan industri-industri domestik lain seperti industri pangan, energi, informasi, dll. Maka dengan potensi besar anak bangsa, kiranya tak pantas negeri ini masih berorientasi impor. Import dependency yang sedang melanda bangsa ini harus segera dikebiri, dikubur hidup-hidup agar bangsa ini tidak menjadi bangsa yang ketergantungan.

Imroatul Mukhlishoh
Pegiat di Diskusi Epistemik UGM, TIM 10 dan Garda 10

Komentar

  1. Bener im, Esemka harus bener-bener dijaga dan dikembangkan dengan serius, jangan sampai senasib dengan mobil Timor.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menilik Hikmah Dibalik Pertempuran Tebing Merah

Mbel

Kurikulum Sekolah Kajian Strategis