Dilema Mahasiswa

Salah satu asisten praktikum: “Iya, kuliah libur, ak tau dr teknisi lab kbp,teknisi tau dr jarkom pegawai.. Katax menurut skb 3 mentri n keputusan dekan, ugm libur”.
Salah satu satpam: “Kayaknya sih libur mbak. Jarkoman yang saya dapet dari pak dekan sih gitu”
Aseek... lumayan, bisa pulang kampung.
Salah satu dosen: “MOHON DIPERHATIKAN: Ini pengumuman susulan dari WD2, kita TIDAK JADI LIBUR: Bpk/Ibu, meneruskan info dr WRS AKSM: Senin 16 Mei UGM tetap masuk. Pengumuman Pemerintah terlalu mendadak, apabila diikuti dpt menganggu jadwal. Jadi tetap tes ya. Tks”
Yah.. ga jadi libur. Untung belumjadi berangkat pulang...
Wadek 3: “Sampaikan keteman lain: senin libur. Mks” “Libur wae, silakan dinikmati masa libur panjang. Mks”
Yang bener yang mana ya?! Libur atau ga sih?
Dosen makul P*A: “Masuk.”
Argh... bingung!
Kajur: “Insya Allah berangkat jam 8 an”
Yaudah lah, kayaknya emang masuk...
Salah satu mahasiswa: “Positif libur bray, kakak angkatan do wes entuk jarkom libur, Jarene wes diumumke wingi sore ,”
Lho?! Tunjukkan mana yang benar Tuhan...

Inilah fenomena yang terjadi seharian ini. Siapa yang salah? Kita jadi korbannya, kata teman saya. Entahlah. Apa yang sebenarnya terjadi dalam dunia pendidikan (mungkin kampus atau fakultas) kita? Tanpa kita sadari, mau tak mau fenomena ini memang menguras pikiran, tenaga dan waktu kita (mahasiswa). Pasalnya,hari libur menjadi hal yang enyenagkan bagi mayoritas mahasiswa (tidak hanya mahasiswa sebenarnya, hehe). Kita dilema antara mau masuk kuliah atau tidak karena tak mendapatkan kepastian libur. Bagi yang rumahnya relatif dekat dengan Jogja pun juga bimbang mau pulang kampung atau tidak.  Sebenarnya, ketidakpastian hari libur ini bukanlah yang  pertama kali terjadi. Jika kita kembali menilik beberapa bulan ke belakang, hal serupa pernah terjadi saat libur Idul Adha. Dan kini terulang lagi. Kembali antar fakultas di UGM belum bisa mengambil keputusan yang serempak. Akibatnya, kita pun harus memilih mana yang relatif lebih menguntungkan. Dan biasanya pada hari-hari yang tidak pasti tersebut (dalam kasus ini tanggal 16 Mei 2011), kegiatan belajar mengajar berjalan kurang kondusif. Pasalnya, selain mahasiswa yang masuk tidak seperti biasanya, pikiran mahasiswa yang masuk pun juga kurang fokus. Saya pun berpikir, benar juga mahasiswa jadi korbannya. Bisa jadi ada yang telah membatalkan tiket travel, kereta atau pesawatnya karena ketidakpastian ini. Itu hanya salah satu contoh saja. Mungkin ada yang terpaksa memanage ulang acara atau agendanya.  
Lantas, dari siapa kebenaran (kepastian) akan datang? Entahlah. Pertama, saya masih yakin kebenaran hanya datang dari Tuhan, karena dialah Yang Maha Benar. Memang, kita tak bisa mengandalkan manusia untuk mencari kebenaran. Toh terkadang kita hanya kecewa dan digantungkan. Kedua, ada kalanya kebenaran menjadi relativitas. Bagi si A,  kebenaran adalah tanggal 16 Mei libur. Karena dengan begitu ia bisa pulang kampung dan mengobati rasa rindu keluarga di rumah, birrul walidain lah.. Bagi si B, kebenaran adalah tanggal 16 Mei tetap masuk. Pasalnya, ujian akhir semester tinggal hitungan jari, ga ada kata libur. Bagi si C lain lagi, kebenaran adalah libur ga libur sama saja. Toh buat dia kuliah selama ini hanyalah formalitas. Itu sedikit contoh yang terpikir dalam otak saya. Mungkin yang terpikir oleh Anda, mereka bisa jadi sama atau berbeda.
Pada akhirnya, ketika kebenaran (kepastian) itu tak kunjung datang juga, kita pun harus memilih mau masuk atau libur. Memang, tanpa kita sadari kita hidup dalam lautan pilihan. Saya teringat kalimat poster yang baru-baru ini tertempel pada jendela yang menghadap ke kantin, “PENDIDIKAN ADALAH SEBUAH PILIHAN”. Namun, sebagai mahasiswa kita tak boleh dibodohi dan dipermainkan oleh ketidakpastian ini. Karena, guru bukan dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau . . .

Sabtu, 14 Mei 2011. 18:35

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menilik Hikmah Dibalik Pertempuran Tebing Merah

Mbel

Kurikulum Sekolah Kajian Strategis